Golongan Pecinta Dunia yang Menyesatkan

“Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka , disebabkan apa yang mereka kerjakan.” (Yunus: 7-8)

Cinta dunia, perasaan tenteram terhadapnya, dan melupakan akhirat mengakibatkan perbuatan yang pelakunya berhak dimasukkan ke dalam neraka. 
Dengan sedikit renungan saja menusia bisa mengetahui perbuatan pecinta dunia yang berhak diganjar dengan neraka. 

Sesungguhnya pemburu dunia tidak punya perhatian kecuali melampiaskan syahwat dan kelezatannya, dan mencapai ambisinya tanpa ikatan dan aturan. Ia memburu wanita, khomer, usaha yang haram, permainan, kesia-siaan, perhiasan, kebanggaan, kedudukan dan setiap hal yang dianggap lezat atau membanggakan.
Bayangkanlah keadaan ummat manusia bila perhatian masing-masing orang adalah hal tersebut? Pada saat itu tidak ada cita-cita kecuali dunia, tidak ada realisasi kebenaran, tidak ada penegakkan keadilan, tidak ada perhatian kepada ibadah atau amal perbuatan yang mulia.
Apa yang ada di bumi dikategorikan dalam tiga bagian; tambang, tumbuh-tumbuhan dan makhluk hidup (hayawan). Tumbuhan diperlukan manusia untuk makanan dan pengobatan. Tambang untuk peralatan, seperti timah dan tembaga, untuk uang seperti emas dan perak, dan untuk tujuan-tujuan lainnya. Sedangkan hayawan terbagi dua; manusia dan binatang. 

Binatang diperlukan dagingnya untuk dimakan, disamping untuk tunggangan dan perhiasan. Sedangkan manusia terkadang memerlukan manusia untuk dimiliki badannya guna dipekerjakan seperti pembantu dan budak, atau untuk bersenang-senang seperti wanita, atau untuk dimiliki hatinya dengan menanamkan rasa hormat dan penghargaan yang diungkapkan dengan kedudukan, karena makna kedudukan adalah memiliki hati manusia. Itulah dzat yang diungkapkan dengan dunia dan telah dihimpun Allah dalam firman-Nya.
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak[186] dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”
(Ali Imran: 14)
[186] Yang dimaksud dengan binatang ternak di sini ialah binatang-binatang yang Termasuk jenis unta, lembu, kambing dan biri-biri.
Itulah dzat dunia, hanya saja ia memiliki dua bentuk hubungan dengan hamba;
Pertama, hubungan dengan hati, yaitu cinta keuntungan dan curahan perhatian kepadanya, sehingga hatinya menjadi seperti budak atau pecinta yang mabuk dengan dunia. Termasuk didalamnya adalah semua sifat hati yang terkait dengan dunia, seperti sombong, dengki, ria, pamrih, buruk sangka, cari muka, gila sanjungan, cinta bermegah-megahan dan lain sebagainya. Ini merupakan dunia batin.
Kedua, hubungan dengan badan, yaitu kesibukannya dengan pengelolaan benda-benda duniawi ini untuk kepentingannya dan kepentingan orang lain ianya meliputi berbagai industri dan kerajinan yang menyita kesibukan makhluk.
Kedua bentuk hubungan tersebut, cinta dunia dan kesibukan dunia membuat manusia bisa lupa akan diri mereka dan tempat kembali mereka (akhirat). Jika manusia mengetahui bahwa ia mengetahui 

Tuhannya dan mengetahui pula hikmah diciptakannya dunia niscaya manusia menyadari bahwa dzat-dzat yang disebut dunia itu tidak diciptakan kecuali untuk suplai tunggangan yang dengan bantuannya manusia bisa berjalan kepada Allah. Sebagai contoh adalah perlunya makan dan minum, pakaian dan rumah yang dapat membantu dalam beribadah mendekat kepada Allah Swt.
Berbagai kesibukan dan pekerjaan yang ditekuni manusia demi mendapatkan makanan dan pakaian telah membuat mereka lupa akan diri mereka, tujuan utama mereka dan tempat kembali mereka, sehingga mereka sesat dan akal mereka lemah, setelah dikeruhkan oleh berbagai kesibukan dunia, dipenuhi oleh berbagai khayalan yang rusak.  Karena itu, pandangan dan aliran mereka terjadi menjadi beberapa golongan;
  1. Golongan yang didominasi oleh kebodohan dan kelalaian, sehingga mata mereka tidak terbuka untuk merenungkan akibat urusan mereka. Mereka berkata “Tujuan utama kita adalah hidup beberapa hari di dunia sehingga kita harus berusaha keras untuk mendapatkan makanan kemudian kita makan hingga kuat untuk melakukan usaha, kemudian kita melakukan usaha untuk makan”. Jadi, mereka makan untuk bisa berusaha kemudian mereka melakukan usaha untuk makan. Ini adalah aliran orang yang tidak punya kenikmatan di dunia dan tidak punya pijakan dalam agama. Mereka letih di siang hari untuk makan di malam hari, dan makan di malam hari untuk bersusah payah di siang hari. Seperti perjalanan Onta penarik penggilingan, yaitu perjalanan yang yang tidak akan berhenti kecuali dengan kematian.
  2. Golongan yang mengaku telah mencermati persoalan. Mereka sadar bahwa tujuan utama manusia bukanlah bersusah payah bekerja dan menikmati dunia , tetapi kebahagiaan itu terletak pada pelampiasan syahwat dunia yaitu syahwat perut dan kemaluan. Mereka lupa diri mereka dan mencurahkan perhatian untuk mengejar wanita dan mengumpulkan berbagai kelezatan makanan, mereka makan seperti binatang dan mengira bahwa apabila mereka telah mendapatkan hal tersebut berarti mereka telah mencapai puncak kebahagiaan, hingga mereka lalai dari mengingat Allah dan hari akhir.
  3. Golongan yang mengira bahwa kebahagiaan itu terletak pada banyaknya harta dan simpanan kekayaan, sehingga mereka bersusah payah siang-malam untuk  mengumpulkannya. Mereka letih melakukan perjalanan sepanjang siang dan malam, mondar mandir melakukan berbagai pekerjaan berat, berusaha dan mengumpulkan kekayaan bahkan mereka tidak memakannya kecuali sekedarnya karena kikir dan takut berkurang. Itulah kelezatan dan kesibukan mereka sepanjang hidupnya hingga menemui kematian.  Kemudian hartanya tetap tertimbun di bawah tanah atau ditemukan oleh orang yang memakannya dengan penuh syahwat dan kelezatan, sehingga penghimpunnya hanya mendapatkan keletihan dan kesengsaraan sedangkan yang menikmatinya adalah pemakannya. Kemudian orang-orang yang menghimpun kekayaan menyaksikan seperti itu tetapi tidak bisa mengambil pelajaran.
  4. Golongan yang mengira bahwa kebahagiaan terletak pada nama baik, sanjungan, keindahan, dan penghormatan. Mereka letih mencari penghidupan dan mengurangi makan dan minum demi membelanjakan semua kekayaannya untuk membeli pakaian yang bagus dan kendaraan yang mewah. Mereka menghiasi pintu-pintu rumah dan sudut-sudut ruangan yang menjadi perhatian pandangan manusia agar dikatakan sebagai orang kaya, punya harta banyak. Mereka mengira bahwa hal itu merupakan kebahagiaan. Perhatian mereka siang-malam adalah mendapatkan perhatian manusia.
  5. Golongan yang mengira bahwa kebahagiaan terletak pada kedudukan dan kehormatan di kalangan manusia, atau ketundukan manusia dan penghargaan mereka terhadap dirinya. Mereka mencurahkan perhatian untuk menarik manusia agar mena’ati kepemimpinannya. Mereka mengira apabila kepemimpinan mereka telah meluas dan rakyat atau anggota telah mematuhinya maka mereka telah mencapai kebahagiaan yang besar dan itulah puncak pencariannya. Kesibukan utama mereka adalah mencari ketundukan manusia kepada dirinya ketimbang ketundukan kepada Allah, ibadah kepada-Nya dan tafakkur tentang akhirat dan tempat kembali mereka.
Perlu menjadi ingatan dan pelajaran kita semua bahwa hakikat dunia dan esensinya dalam hak seorang hamba telah terbagi menjadi tiga bagian
Bagian pertama, apa yang menyertaimu di akhirat dan buahnya tetap ada setelah kematian. Yang termasuk bagian ini adalah ilmu dan amal. Ilmu yang dimaksud adalah ilmu tentang Allah, sifat-sifatnya, perbuatan-perbuatan-Nya, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitabnya, para rasul-Nya, kerajaan bumi-Nya, kerajaan langit-Nya, dan ilmu tentang syari’at Nabi-Nya.
Sedangkan amal yang dimaksud adalah amal yang murni kepada Allah. Seorang yang berilmu kadang menggandrungi ilmu sehingga menjadi sesuatu yang paling lezat di sisinya, lalu meninggalkan tidur, makan dan pernikahan.  Karena ia lebih lezat di sisinya ketimbang semua hal tersebut. Sesungguhnya ia menjadi bagian yang dekat dengan dunia. Tetapi jika kita sebutkan dunia yang tercela maka hal ini tidak lagi menjadi bagian dari dunia sama sekali, bahkan kita katakan sebagai bagian dari akhirat. Demikian juga orang yang ahli ibadah, terkadang ia menggandrungi ibadahnya hingga mendapatkan kelezatannya hingga melupakan kehidupan dunia.
Bagian kedua, adalah kebalikan dari yang pertama. Setiap yang memiliki bagian (kelezatan) yang singkat tetapi tidak menghasilkan buah di akhirat sama sekali, seperti kelezatan berbagai bentuk maksiat, berbagai hal yang mubah secara berlebihan dan berbagai keperluan primer yang tergolong megah dan mewah seperti harta kekayaan berupa emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak, ladang yang luas, budak, istana, rumah megah, pakaian yang mahal, makanan yang lezat. Bagian hamba dari semua ini adalah dunia yang tercela.
Bagian ketiga, adalah pertengahan dari keduanya. Setiap “keuntungan” di dunia yang membantu berbagai amal perbuatan akhirat, seperti makanan yang diperlukan sesuai kadar yang dibutuhkan, pakaian sederhana, dan setiap yang diperlukan manusia untuk menjaga eksistensi dan kesehatannya sehingga bisa mencapai ilmu dan amal. Hal ini bukan bagian dari dunia seperti pada bagian pertama, karena sarana dan fasilitas dunia disini diarahkan untuk membantu tercapainya ilmu dan amal ibadah.
Setelah memahami hakikat dan essensi dunia bagi hambanya, silahkan! kita sudah merasakan pada posisi di bagian yang mana? Hanya masing-masing individu yang merasakan dan tentunya khalayak di sekitar kita juga bisa menilai kita semua. Betapa kehidupan dunia dengan berbagai manis dan pahitnya perlu didudukan secara hati-hati, sehingga kita tidak termasuk ke dalam golongan yang sesat akibat cinta dunia.[]
Disarikan dari Kitab Ihya Ulumuddin karya Al-Ghazali
Share
 
Copyright © 2015. SUPARTI [Suara Patriot Indonesia].
Design by Herdiansyah Hamzah. Published by Themes Paper. Powered by Blogger.
Creative Commons License