Inilah 4 Sikap Perusak Kesabaran Manusia

Perjalanan hidup umat manusia silih berganti, saat-saat nikmat dan saat mendapatkan ujian akan terjadi kepada siapapun orang-orang beriman. Nikmat dan ujian dunia adalah 2 dua kondisi yang selalu akan terjadi sepanjang umat manusia, karena memang sunnatullah dunia.  Yang terpenting adalah menyikapi nikmat dengan syukur dan menikmati ujian dengan sabar atau lapang dada.  

Syukur dan sabar adalah sikap yang dapat membedakan tingkat keimanan manusia satu dengan lainnya. Rasa syukur dalam hati manusia perlu dilestarikan dalam benak hati dan menjadi pembiasaan, agar mampu mewujudkan itu kita perlu suplemen kejiwaan (ruhiyah) dengan memaksa diri untuk terus menjalankan kewajiban Allah yang yelah disyariatkan. Dengan rasa syukur yang kuat tertanam dalam hati, biasanya sikap sabar akan selalu menjiwainya.

Namun perlu diantisipasi agar kesabaran yang berhasil dijiwai dalam diri manusia. Berikut tindakan yang perlu dihindari agar kesabaran dalam diri manusia tetap kokoh, yakni mulai dari tergesa-gesa, marah, kesempitan dan kesedihan, hingga rasa putus asa.

Berikut penjelasan secara rinci:

1.       Tergesa-gesa

Tabiat manusia itu pada dasarnya suka tergesa-gesa karena ia diciptakan dari sesuatu yang sifatnya tergesa-gesa. Sebagaimana firman Allah Swt, Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa,” (QS. Al Anbiya: 37).

Maka tatkala kebaikan itu lambat datangnya, hilanglah kesabaran dirinya dan sempitlah pandangan hidupnya. Manusia sering lupa bahwa setiap kehidupan, kematian, kesuksesan, dan kegagalan dan itu telah ditentukan waktunya. Padahal Allah menggerakkan suatu kejadian itu bukan karena manusia menghendakinya.

Orang yang tergesa-gesa biasanya tidak mau menjalani proses kehidupan. Ia ingin cepat jadi, cepat kaya, cepat sukses, cepat lulus dan sebagainya. Padahal, kita semua tahu bahwa setiap buah saja, misalnya ada waktu matang sehingga ada saatnya yang tepat untuk dipetik. Jika tergesa-gesa dipetik, maka tidak akan mempercepat kematangannya, bahkan justru akan merusak kelestariannya.

Pepatah bijak mengatakan, “barangsiapa tergesa-gesa terhadap sesuatu sebelum saatnya, ia tidak akan mendapatkannya sedikitpun.” Oleh karena itu Allah Swt. berfirman kepada Rosul-Nya, “maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari Rosul-rosul yang telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka.” (QS. Al-Ahqaf: 35).

Tergesa-gesa juga merupakan salah satu sifat kaum musyrikin. Dikarenakan karena kebodohan dan kedunguannya. Mereka meminta disegerakannya azab Allah dengan sikap sombong dan durhaka, maka Allah membalas tantangan mereka, sehingga gugurlah angan-angan mereka. Sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya:

“dan mereka meminta kepadamu supaya segera diturunkan azab. kalau tidaklah karena waktu yang telah ditetapkan[1157], benar-benar telah datang azab kepada mereka, dan azab itu benar-benar akan datang kepada mereka dengan tiba-tiba, sedang mereka tidak menyadarinya.” (QS. Al-‘Ankabut: 53).

    [1157] Yang dimaksud dengan waktu yang telah ditetapkan, Ialah: menjanjikan azab itu pada hari pembalasan, di akhirat.
2.       Marah

Marah sebenarnya perbuatan yang melelahkan, menyakitkan, dan meresahkan diri sendiri. Sebab ketika marah, emosi akan meluap dan sulit dikendalikan. Akibatnya akan membuat seluruh tubuh gemetar, napas tersengal-sengal, seluruh isi hati tertumpah dan mudah mencaci maki siapa saja. Ketika kemarahan meledak-ledak, biasanya seseorang cenderung bertindak di luar kewajaran. Dengan demikian, marah pastilah meluluh-lantahkan kesabaran hati seseorang.

3.       Kesempitan dan kesedihan

Allah Swt. berfirman, “Bersabarlah (hai Muhammad dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan.” (QS. An-Nahl: 127).

Dalam ayat lain Allah Swt. juga berfirman, “Maka boleh Jadi kamu hendak meninggalkan sebahagian dari apa yang diwahyukan kepadamu dan sempit karenanya dadamu, karena khawatir bahwa mereka akan mengatakan: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya perbendaharaan (kekayaan) atau datang bersama-sama dengan Dia seorang malaikat?" Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan dan Allah pemelihara segala sesuatu.” (QS. Hud: 12)

Dua ayat Al Quran di atas merupakan pesan Allah kepada Nabi Muhammad Saw. dan umatnya agar jangan bersedih berlebihan jika mengalami kegagalan atau musibah. Sebab, manusia hanya wajib berusaha secara maksimal, adapun yang menentukan berhasil tidaknya adalah Allah Swt. Demikian juga keimanan, kekufuran, petunjuk, dan kesesatan itu bukan untuk orang yang dicintai atau menghalangi orang yang dibencinya. Karena kewajibannya hanyalah mengingatkan, memberikan nasihat, menerangkan, dan menyampaikan. Adapun hidayah sepenuhnya hanya di tangan Allah Swt.

4.       Putus asa

Putus asa adalah kendala terhadap kesabaran yang paling besar, karena putus asa akan mematikan cahaya, cita-cita dan harapan, sehingga menjadikan seseorang tidak mau beramal dan selalu dalam kemalasan. Allah Swt melarang kita berputus asa dan duka cita secara berlebihan sebagaimana firman-Nya, “janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran: 139).

Dalam ayat lain diceritakan bahwa nabi Musa As. Selalu memotivasi umatnya agar tidak berputus asa menghadapi kekejaman fir’aun “(Musa berkata kepada umatnya), ‘Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah, dipusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hambanya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.’ Kaum Musa berkata, kami telah ditindas  (oleh fir’aun) sebelum kamu datang kepada kami dan sesudah kamu datang.’ Kemudia Musa menjawab, ‘Mudah-mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di bumi-Ny, maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu.” (QS. Al A’raf: 128-129).

Demikian yang dilakukan Rosulullah Saw. Suatu ketika, Khabab bin Arts datan kepada Rosul untuk mengadukan keadaan kaum mukminin yang mendapatkan perlakuan keji orang-orang musyrik. Ia mengadukan kepada Rosulullah dengan nada sedih, sesak dada dan jera, dan berharap Allah segera menurunkan pertolongan-Nya. Maka Rosulullah menjawabnya dengan memberikan permisalan. Beliau bersabda, “Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian, mereka disisir dengan sisir yang terbuat dari besi hingga dagingnya terkelupas dari tulangnya, namun yang demikian tidak memalingkan mereka kepada agamanya. Ada juga diantara mereka yang diletakkan gergaji di atas kepalanya kemudian kepalanya digergaji hingga terbelah menjadi dua, namun yang demikian itu tidak memalingkan mereka dari agamanya. Sesungguhnya Allah akan menyempurnakan urusan ini hingga ada seorang pengendara yang berjalan dari Shan’a menuju Hadhraul Maut, dia tidak takut apapun kecuali kepada Allah.”

Semoga Allah memberi rahmat dan menguatkan kita menjadi generasi yang selalu bersyukur dan bersabar dalam setiap ujian hidup.
Share
 
Copyright © 2015. SUPARTI [Suara Patriot Indonesia].
Design by Herdiansyah Hamzah. Published by Themes Paper. Powered by Blogger.
Creative Commons License