Hitam Putih Spirit Loyalitas dalam Perang Uhud

Kemenangan atas perang Uhud yang diperoleh pasukan Musyrikin Quraisy bagi sebagian pejabat elite Quraisy Makkah telah menjadi keberhasilannya menunjukkan kekuatan militer yang tak terkalahkan sekaligus balas dendam atas kekalahannya pada peperangan Badar.

Sementara derita dan kesedihan yang mendalam bagi kaum Muslimin telah terdokumentasi dalam hati para tentara Muslimin, yakni menjadi pelajaran berharga betapa keimanan dan kepatuhan terhadap kepemimpinan Rasulullah mutlak menjadi ukuran kekuatan perang.

Memang di saat itu, tentara inti pasukan pemanah yang berada di bukit uhud melalaikan perintah Rasulullah, “jangan turun dari bukit sebelum ada perintah dariku”.

Detik-detik pertempuran memang berimbang secara fisik dan perlengkapan. Namun kekuatan kaum Muslimun berhasil memukul mundur pasukan Musyrikin untuk sementara waktu, namun pada saat itu juga pasukan inti pemanah terprovokasi dengan harta rampasan perang yang terurai di tengah lapang di saat separuh pasukan Musyrikin mundur. Padahal belum ada perintah Rasul untuk mengeksekusi harta Ghanimah tersebut, namun orang-orang berebut menjarah Ghanimah tersebut seolah-olah mereka telah melumpuhkan musuh.

Padahal tidak demikian, di saat pasukan pemanah berbondong turun dan terlena justru dimanfaatkan Khalid bin Walin untuk membalas serangan dengan memutar pasukan berkuda menyerang dari belakang kaum Muslimin. Akhirnya pasukan Muslimin pun kaget dan koyak kekuatannya.

Ukuran kemenangan dan kekalahan dalam setiap medan jihad, dari strategi sampai pada eksekusi pertempuran terdokumentasi secara akidah dalam peperangan Uhud.

Berikut ini bisa kita pahami, menjadi pelajaran penting tentang nilai-nilai ketaatan kepada pemimpin dan kesabaran dalam menghadapi kemenangan atau sebaliknya meratapi kekalahan.

Ekspresi dan kekuatan aqidah kaum muslimin dalam menerima kekalahan, yang diwakili oleh Umar bin Khotob untuk menghadapi elite Musyrikin Abu Sufyan yang menantang berorasi di atas bukit untuk mengakhiri perangnya.

Rombongan tentara kaum Musyrikin pun berkemas-kemas menata kembali perlengkapan perangnya dan bersiap kembali ke Makkah. Di tengah prosesi episode kemenangan tersebut, salah satu tokoh elite Musyrikin, Abu Sufyan, segera menaiki bukit seraya berseru untuk mengungkapkan kemenangannya kepada kaum Muslimin yang semuanya mundur untuk pertahanan diri.

Detik-detik prosesi inilah bisa dikatakan “kampanye hitam-putih” tentang Aqidah dalam masalah amal dan jihad. Abu Sufyan dengan kesombongannya mengungkapkan kemenangan uhud dengan berseru, “Apakah di tengah kalian ada Muhammad?”

Tak seorang pun menjawab. Lalu dia beseru lagi, “Apakah di tengah kalian ada Ibnu Qahafah?” Maksudnya adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Tak seorang pun yang menjawab. Lalu dia berseru lagi, “Apakah di tengah kalian ada Umar bin Al-Khaththab?”

Tak seorang pun yang menjawab, karena memang Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam melarangnya.

Abu Sufyan hanya menanyakan tiga orang ini, karena dia dan kaumnya menganggap mereka inilah yang menjadi sendi tegaknya Islam.
Abu Sufyan berkata lagi, “Cukuplah bagi kalian orang-orang itu.”

Umar yang mendengar ucapan Abu Sufyan ini tidak mampu menahan diri. Dia pun berteriak, “Wahai musuh Allah, orang-orang yang engkau sebutkan itu masih segar bugar, dan justru Allah mengekalkan apa yang membuatmu sial.”

Abu Sufyan menimpali, “Nyatanya di antara kalian banyak yang mati dan aku tidak mengurusnya. Engkau sendiri tidak bisa mencelakakan aku.” Kemudian dia berkata lagi, “Junjunglah Hubal.”*)

“Mengapa kalian tidak menjawabnya,” tanya Rasulullah.
“Apa yang harus kami katakan?” Mereka ganti bertanya kepada beliau.
Beliau menjawab, “Jawablah, ‘Allah lebih tinggi dan agung’.”

Abu Sufyan berseru lagi, “Kami mempunyai Uzza dan kalian tidak memilikinya.”
“Mengapa kalian tidak menjawabnya?” tanya Rosullullah kepada para sahabat.
“Apa yang harus kami katakan?” Mereka ganti bertanya.
Beliau menjawab, “Jawablah, ‘Allah adalah penolong kami dan kalian tidak mempunyai mempunyai seorang penolong pun.”

Abu Sufyan berseru lagi, “Kalau sudi naiklah engkau kesini. Perang ini sudah bisa membalaskan Perang Badar. Peperangan sudah imbang.”

Umar menjawab, “Tidak sama! Orang-orang kami yang terbunuh berada di surga, sedangkan orang-orang kalian yang terbunuh ada di neraka.”

Kemudian Abu Sufyan berkata, “Wahai Umar, kemarilah!”
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata, “Hampirilah dia, lihat apa maunya!”
Maka Umar menghampiri Abu Sufyan. Setelah mendekat, Abu Sufyan bertanya, “Demi Allah aku memohon kepadamu wahai Umar, apakah kami benar-benar telah membunuh Muhammad?”
“Demi Allah sama sekali tidak, “Jawab Umar, “beliau pun bisa mendengar perkataanmu saat ini.”

Abu Sufyan berkata, “Bagiku engkau lebih jujur dan lebih baik daripada Ibnu Qomi’ah. “Karena Ibnu Qomi’ah lah yang telah berteriak saat pertempuran sedang berkecamuk, bahwa dia telah membunuh beliau.

Abu Sufyan berseru, “Tempat yang telah disepakati pada tahun depan adalah Badar.” Sambil mengakhiri negosiasinya dan turun bukit dan memimpin rombongannya bersiap kembali ke Makkah.

Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengutus Ali bin Abi Thalib, seraya berkata, “Pergilah dan buntutilah mereka. Lihatlah apa yang mereka lalukan dan apa yang mereka kehendaki.

Jika mereka mengikat kuda dan menaiki ontanya, berarti mereka pergi menuju Makkah. Namun jika mereka menaiki kudan dan mengikat ontanya, berarti mereka hendak menuju ke Madinah. Demi yang diriki yang ada di tangan-Nya, jika mereka menghendaki yang demikian itu, maka aku benar-benar akan menghadapi mereka disana dan menggempur mereka.

Ali menuturkan, “Lalu aku membuntuti mereka untuk melihat apa yang mereka kerjakan. Ternyata mereka mengikat kuda dan menaiki onta. Mereka pergi menuju Makkah.

Begitulah kekalahan kaum Muslimin dalam perang uhud yang bisa diambil pelajaran berharga, betapa kekuatan di dunia ini tidak ada tandingannya jika dihadapkan pada kekuatan Allah. Segala strategi dalam kompetisi dan amal Islam tidak ada keberhasilan, tanpa pertolongan Allah.
Share
 
Copyright © 2015. SUPARTI [Suara Patriot Indonesia].
Design by Herdiansyah Hamzah. Published by Themes Paper. Powered by Blogger.
Creative Commons License