Kekuatan Tersembunyi itu Bernama Tawakal

Pernahkah Anda merasakan problem kehidupan? Hingga terasa tidak mampu berbuat apa-apa lagi, sementara tuntutan pekerjaan dan beban ekonomi keluarga terus terasa berat. Dari seputar urusan rumah tangga (domestik), hutang yang belum terbayarkan, pekerjaan atau bisnis yang tidak kunjung menorehkan hasil. Keinginan dan Hajat hidup bergelora, iringan do,a permohonan pun terus terucap lirih di hati di setiap waktu. Namun tak kunjung datang hajat yang diminta.

Itulah problem kehidupan manusia. Kadang ada di atas, di waktu lain di bawah. Kadang terasa bahagia, sewaktu-waktu kesedihan menerpa. Namanya Roda kehidupan, sudah ada yang memutar dan akan terus berputar.

Kadar kekuatan menerima derita dunia terutama seputar kebahagiaan dan harta, sangat bergantung dengan kekuatan iman dan ilmu yang ada pada manusia. Semakin kuat keimanan seseorang akan kemahakuasaan Allah dan semakin tajam keilmuan dan keluasan wawasan yang dimiliki, maka semakin berisi jiwa tawakalnya. Dan semakin merasakan indah, seberapapun hasil dari hajat yang diharapkannya.

Simaklah ayat Al Qur’an berikut :
“Apabila engkau telah membulatkan tekad (untuk melaksanakan sesuatu), maka bertawakallah kepada Allah, sungguh Allah mencintai orang yang bertawakal.” (QS. Ali Imran : 159)

Sepintas ayat di atas memang turun berkaitan dengan pasca kekalahan kaum Muslimin dalam perang uhud, dimana kaum muslimin waktu itu merasakan gundah dan merasakan pedihnya kekalahan dan sedihnya karena banyak sanak dan kerabat yang gugur dalam pertempuran.

Namun sebagian besar ahli tafsir, menerangkan bahwa penggalan ayat tersebut telah menjelaskan bahwa apabila tekad yang dimiliki manusia untuk mendapatkah hasil yang diharapkan adalah dalam segala urusan dunia sepanjang urusan kebajikan, menyangkut urusan politik, ekonomi, dan kemasyarakatan. Jadi hajat apapun seputar dunia jika telah menjadi cita-cita mulia, maka wajib diiringi dengan jiwa tawakal

Imam Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Hakikat tawakal adalah hati benar-benar bergantung kepada Allah dalam rangka memperoleh maslahat (hal-hal yang baik) dan menolak mudhorot (hal-hal yang buruk) dari urusan-urusan dunia dan akhirat”

Sementara, Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Tawakal adalah menyandarkan permasalahan kepada Allah dalam mengupayakan yang dicari dan menolak apa-apa yang tidak disenangi, disertai percaya penuh kepada Allah Ta’ala dan menempuh sebab (upaya dan aktifitas yang dilakukan untuk meraih tujuan) yang diizinkan dengan ketentuan hukum Allah.”

Tawakal Bukan Pasrah Tanpa Usaha

Dari definisi sebelumnya para ulama menjelaskan bahwa tawakal harus dibangun di atas dua hal pokok yaitu bersandarnya hati kepada Allah dan mengupayakan sebab yang dihalalkan. Orang berupaya menempuh sebab saja namun tidak bersandar kepada Allah, maka berarti ia cacat imannya. Adapun orang yang bersandar kepada Allah namun tidak berusaha menempuh sebab yang dihalalkan, maka ia berarti cacat akalnya.

Tawakal bukanlah pasrah tanpa berusaha, namun harus disertai ikhtiyar/usaha. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan contoh tawakal yang disertai usaha yang memperjelas bahwa tawakal tidak lepas dari ikhtiyar dan penyandaran diri kepada Allah.

Dari Umar bin Al Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya kalian betul-betul bertawakal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rezeki sebagaimana burung mendapatkan rezeki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Al Hakim)

Bertawakal dengan Benar

Kiranya menjadi bagi kita semua, seberapa taatkah kita dengan panggilan-panggilan Allah dalam setiap ibadah. Seberapa besarkah pengorbanan kita dalam berbagi kenikmatan dengan sesama. Dan seberapa dalam dan luaskah kita telah menimba ilmu-ilmu Allah. Itulah yang akan menguatkan aura tawakal manusia. Imam Ghazali mengatakan, sejauh mana keyakinan tauhid itu tertanam dalam jiwa sejauh itu pula jiwa akan tersucikan dan memetik berbagai buah tawakal.

Mulai amalkanlah tawakal ini dengan benar dengan empat langkah; pertama bertawakal hanya kepada Allah semata. Allah berfirman: “Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah Dia, dan bertawakallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Rabb-mu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.” (QS. Huud: 123).

Kedua, berkeyakinan yang kuat bahwa Allah Maha mampu mewujudkan semua permintaan dan kebutuhan hamba-hamba-Nya dan semua yang didapatkan hamba hanyalah dengan pengaturan dan kehendak Allah. Allah berfirman,“Mengapa kami tidak bertawakal kepada Allah padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakal itu berserah diri.” (QS. Ibrahim: 12).

Ketiga, Yakin bahwa Allah akan merealisasikan apa yang di-tawakal-kan seorang hamba apabila ia mengikhlaskan niatnya dan menghadap kepada Allah dengan hatinya. Allah berfirman, “Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.“ (QS. Ath-Thalaq: 3).

Dan keempat, Tidak putus asa dan patah hati dalam semua usaha yang dilakukan hamba dalam memenuhi kebutuhannya dengan tetap menyerahkan semua urusannya kepada Allah. Allah berfirman, “Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah, ‘Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Ilah selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Rabb yang memiliki ‘Arsy yang agung.’”(QS. At-taubah: 129).

Apabila seorang hamba bertawakal kepada Allah dengan benar-benar ikhlas dan terus mengingat keagungan Allah, maka hati dan akalnya serta seluruh kekuatannya akan semakin kuat mendorongnya untuk melakukan semua amalan. Dengan besarnya tawakal kepada Allah akan memberikan keyakinan yang sangat besar, bahkan membuahkan kekuatan yang luar biasa dalam menghadapi tantangan dan ujian yang berat. Dengan eksistensi tawakal dalam hati dan jiwanya, maka segala urusan dunia akan dimudahkan jalannya.[mfd]
Share
 
Copyright © 2015. SUPARTI [Suara Patriot Indonesia].
Design by Herdiansyah Hamzah. Published by Themes Paper. Powered by Blogger.
Creative Commons License