Anis Matta; Jadikan Demokrasi Pabrik Pemikiran


Palembang - Konstelasi politik jelang pemilu 2014 semakin menguras pikiran dan tenaga para tokoh nasional. Gelaran pemilu 2014 bakal menjadi ajang berebut pengaruh, dengan ide dan sumber daya politik yang dimiliki. Dimana ada ide besar dan sumber daya melimpah dipastikan bakal memenangkan pemilu.

Demikian halnya yang dilakukan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Bisa dibilang satu-satunya parpol yang paling diterima di kalangan intelektual, belakangan terbukti selalu diundang dalam dialog kebangsaan yang digelar di kampus-kampus di Indonesia.
Salah satunya dialog kebangsaan yang digelar BEM Unsri dan Pol-Tracking Institute pada Sabtu pagi (16/11) di Aula Pasca Sarjana Universitas Sriwijaya, sekitar seribu mahasiswa dari berbagai kampus memenuhi ruangan.

Hadir tiga nara sumber yaitu Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Matta, Ketua Asosiasi Pemerintah Provinsi se-Indonesia yang juga Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo, Ketua Dewan Perwakilan Daerah RI Irman Gusman, dengan moderator Direktur Eksekutif Pol – Tracking Institute Hanta Yuda. Acara ini bertajuk mencari pemimpin Indonesia dari kampus untuk Indonesia.

Sebagaimana dilansir PKS Palembang, Anis Matta, mengajak melupakan politik sejenak. “Tugas utama politik adalah industri pemikiran,” ungkapnya.

“Orang yang kemarin muncul di televisi, sambil marah-marah terus naik meja, itu ciri orang yang tak bisa menghargai negara, bisa jadi salah atau benar...,” ujarnya menyindir aksi orang-orang yang bersengketa dalam pilkada, kemudian membuat kericuhan di Mahkamah Konstitusi.

Menurut Anis, Indonesia memasuki gelombang globalisasi ketiga, “Disini tak lagi bicara apakah demokrasi itu benar atau salah? Tapi sistem mana yang paling cocok saat ini?”

Generasi saat ini menurutnya tak mengenal lagi proses, jika dulu, ketika handphone pertama kali keluar, hanya bisa untuk menelepon, kemudian bertambah lagi fiturnya, yaitu SMS, hingga sekarang smartphone bisa melakukan begitu banyak fungsi, tak dilalui oleh anak yang lahir sekarang.

Anis mengajak untuk mengingat sejarah, “Bahasa Melayu, adalah bahasa yang paling simpel di dunia, sehingga mudah menyebar,” katanya.

Sementara Irman Gusman begitu sinis dengan konstelasi politik yang tengah berlangsung, “Siapa pemenang demokrasi nomor satu saat ini? Golongan putih dan masyarakat yang apatis,” ungkapnya.
Sedangkan Syahrul Yasin Limpo mengajak mahasiswa untuk menyiapkan diri menuju globalisasi sejak 2015 nanti. 

Dirinya menceritakan bagaimana pesatnya kemajuan negara lain seperti Korea Selatan, bahkan untuk kawasan Asia Tenggara saja, Indonesia sudah cukup tertinggal. Padahal tanah, bumi, laut di Indonesia sangat melimpah sumber daya alamnya. “Dibutuhkan blusukan yang bukan media daring,” katanya, seraya menyatakan ia hanya fokus untuk melayani rakyat dan mahasiswanya saja. (ms/ts)

Share
 
Copyright © 2015. SUPARTI [Suara Patriot Indonesia].
Design by Herdiansyah Hamzah. Published by Themes Paper. Powered by Blogger.
Creative Commons License